Presiden Prabowo Subianto memberikan peringatan tegas kepada seluruh kader Partai Gerindra untuk tidak mendekati menteri dan mengincar proyek-proyek dari kementerian. Dalam pidatonya di Munas ke-VI PKS, Prabowo menekankan bahwa tindak lanjut pengawasan terhadap para kader partai harus ditegakkan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan.
Kekhawatiran Prabowo muncul karena adanya laporan mengenai kader Gerindra yang masih aktif mencari-cari proyek di berbagai kementerian dan lembaga. Salah satu contoh yang disampaikannya adalah upaya untuk memotong rantai distribusi pupuk yang selama ini dikelola oleh sejumlah distributor.
Prabowo mengungkapkan bahwa ketika dia memutuskan untuk memotong mata rantai distribusi yang melibatkan sekitar 27.000 distributor, banyak pihak yang kecewa. Dalam konteks ini, sebuah laporan mencatat bahwa ada kader Gerindra yang berusaha memberi tahu Menteri Pertanian tentang keinginannya agar posisi distributor yang telah dipotong diisi oleh kader partai.
Pentingnya Pemangkasan Rantai Distribusi Pupuk untuk Petani
Presiden Prabowo menegaskan bahwa tidak ada lagi ruang untuk memberikan proyek bagi kader partai, termasuk dari Gerindra sendiri. Menurutnya, distribusi pupuk bersubsidi adalah hak semua petani tanpa memandang latar belakang politik mereka dalam pemilihan umum.
Dia menyatakan bahwa politik seharusnya hanya terjadi di kotak suara, di mana keputusan warga negara berlandaskan hati nurani dan pertimbangan yang lebih tinggi. Pengalaman yang menyangkut distribusi dapat menimbulkan masalah jika kader partai terlibat dalam pencarian proyek.
Prabowo menekankan bahwa masyarakat tidak seharusnya dipisahkan berdasarkan pilihan politik mereka dalam pemilu. Hal ini menunjukkan komitmennya untuk melayani semua warga negara tanpa favoritisme.
Risiko Nepotisme dalam Distribusi Pupuk di Indonesia
Lebih lanjut, Prabowo menjelaskan bahwa pemangkasan dari ribuan distributor pupuk direncanakan untuk mewujudkan distribusi yang lebih efisien. Dia mengakui bahwa penyaluran pupuk melalui distributor kerap kali terjadi praktik nepotisme dan favoritisme.
Menunjukkan contoh yang jelas, Prabowo mengatakan ada banyak kepala daerah yang lebih suka memilih kerabat atau tim sukses mereka menjadi distributor pupuk. Situasi ini sangat merugikan para petani yang sangat bergantung pada keberadaan pupuk dalam produksi pangan.
Ketika berbicara tentang praktik ini, Prabowo menyatakan bahwa pengalaman hidupnya sebagai orang Indonesia memberinya wawasan yang mendalam mengenai hal ini. Dia bisa mengenali hubungan dekat para distributor dengan pejabat daerah, seperti keponakan bupati atau anggota tim sukses.
Komitmen untuk Kesejahteraan Petani Tanpa Diskriminasi
Dalam pidatonya, Prabowo menekankan bahwa komitmen untuk kesejahteraan petani adalah prioritas utama. Keterlibatan kader dalam proyek pengadaan pupuk seharusnya tidak menjadi fokus, melainkan keadilan distribusi bagi semua petani tanpa melihat siapa yang memimpin mereka.
Presiden berupaya menciptakan sistem distribusi yang lebih transparan dan akuntabel, agar tujuan utama bisa tercapai. Dia berharap dengan pemangkasan ini, dapat mendorong efisiensi dan mengurangi potensi penyalahgunaan kekuasaan.
Prabowo juga berpendapat bahwa rakyat yang berjuang di ladang seharusnya mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah, tanpa melihat afiliasi politik mereka. Dengan demikian, ia ingin menegaskan pentingnya pelayanan publik yang adil dalam era politik yang terus berkembang.