Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo melakukan kunjungan ke waduk Muara Nusa Dua pada Sabtu (20/9) sore, setelah terjadinya banjir besar di Pulau Bali bulan ini. Dalam peninjauan tersebut, Dody mengungkapkan bahwa tumpukan sampah di waduk menjadi salah satu faktor penyebab banjir yang melanda daerah tersebut.
Seiring dengan curah hujan yang tinggi, serta pasang naik air laut, kondisi ini memperburuk situasi, membuat waduk tidak mampu menampung air. Dody menekankan bahwa masalah ini perlu segera ditangani agar bencana serupa tidak terulang di masa mendatang.
Evaluasi yang dilakukannya menunjukkan bahwa selain cuaca ekstrem, ada banyak faktor lain yang berkontribusi terhadap terjadinya banjir. Salah satunya adalah sedimentasi yang tinggi di waduk, yang menunjukkan perlunya pengerukan agar waduk bisa berfungsi dengan baik.
Penyebab Utama Banjir di Bali dan Solusinya
Salah satu penyebab utama bencana banjir adalah keberadaan sampah yang menghalangi aliran air di waduk. Dody menambahkan bahwa situasi ini menciptakan risiko banjir yang lebih besar saat hujan lebat kembali terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat perlu lebih bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan sekitar daripada membuang sampah sembarangan.
Dia juga memaparkan bahwa sedimentasi di waduk Muara Nusa Dua sudah dalam kondisi parah. Dengan level air yang tinggi, ada kekhawatiran besar jika hujan lebat kembali mengguyur Bali.
Dody menegaskan bahwa pengerukan waduk harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Namun, pemilihan lokasi pembuangan sedimentasi juga memerlukan diskusi dengan para pemangku kepentingan agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan baru.
Kondisi Terkini Waduk Muara Nusa Dua dan Dampaknya
Waduk Muara Nusa Dua sejauh ini tidak mengalami kerusakan akibat banjir, namun tumpukan sampah menjadi masalah yang mendesak untuk ditangani. Dody mengindikasikan bahwa sampah-sampah ini dapat memperburuk kondisi waduk jika tidak segera diatasi.
Sampah yang tertumpuk di waduk menjadi perhatian utama, terutama karena dapat memperlambat aliran air. Proses distribusi dan pembuangan sampah saat ini sedang dalam tahap pengaturan dengan bantuan pemerintah setempat.
Pengerukan terbaru waduk ini terakhir kali dilakukan pada tahun 2019 dan kini mendesak untuk dilakukan kembali. Dengan sedimentasi yang terus meningkat, ada risiko serius jika kondisi terus diabaikan.
Upaya Pembersihan dan Koordinasi Pemerintah Daerah
Balai Wilayah Sungai (BWS) setempat melaporkan bahwa dalam sepekan terakhir, mereka telah melakukan pembersihan besar-besaran, dengan rata-rata 60 ton sampah yang dibuang setiap harinya. Upaya ini dilakukan untuk memastikan bahwa aliran air tidak terganggu oleh tumpukan sampah.
Proses pembersihan melibatkan 12 truk yang bekerja setiap hari untuk mengangkut sampah. Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah ke sungai.
Dody juga menyatakan bahwa koordinasi dengan pemerintah daerah sangat penting dalam menangani masalah ini. Diskusi secara intensif diperlukan untuk mencari solusi yang tepat dan mencegah terulangnya bencana serupa di masa yang akan datang.